bontangpost.co.id – Anak dengan PWS biasanya lahir dengan otot lemah dan kesulitan menyusu. Namun, seiring bertambah usia, gejala berubah drastis: mereka mengalami rasa lapar ekstrem dan tak terkendali (hyperphagia), yang dapat menyebabkan obesitas parah jika tidak dikendalikan. Hal ini membuat penderita rentan terhadap komplikasi serius seperti diabetes tipe 2, hipertensi, hingga gangguan pernapasan.
Selain kelaparan konstan, penderita juga mengalami hambatan tumbuh kembang, gangguan hormon, serta masalah perilaku seperti kecemasan dan sifat mudah marah. Oleh karena itu, perawatan PWS harus melibatkan tim multidisipliner: dokter anak, ahli gizi, psikolog, hingga terapis fisik.
Meski belum ada obat untuk menyembuhkan PWS, berbagai pendekatan medis dan terapi telah dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Kuncinya adalah deteksi dini dan manajemen gejala secara berkelanjutan.
Dengan pemahaman yang tepat dan dukungan keluarga, penderita PWS tetap bisa menjalani hidup yang produktif. Namun, perhatian terhadap penyakit langka seperti ini masih terbatas. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran masyarakat dan tenaga medis sangat penting untuk mempercepat diagnosis dan penanganan.
PWS bukan sekadar soal rasa lapar—ini adalah tantangan genetik yang memerlukan empati, ilmu pengetahuan, dan kepedulian bersama.
Comment