bontangpost.co.id – Menjadi ibu baru adalah momen penuh haru sekaligus tantangan besar. Di balik senyum bahagia menyambut kelahiran si kecil, tak sedikit ibu yang justru merasa sedih, mudah menangis, cemas, bahkan kehilangan semangat dalam beberapa hari hingga minggu setelah melahirkan. Kondisi ini dikenal sebagai baby blues—dan faktanya, sekitar 70-80% ibu baru mengalaminya.
Namun, apa sebenarnya yang menyebabkan baby blues muncul? Dua pemicu utamanya adalah kelelahan fisik dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar.
Lelah Tak Hanya Fisik, Tapi Juga Emosional
Melahirkan bukan hanya proses medis, tetapi juga pengalaman emosional dan spiritual. Setelah sembilan bulan mengandung dan menjalani proses persalinan yang melelahkan, tubuh seorang ibu membutuhkan waktu untuk pulih. Sayangnya, waktu istirahat justru menjadi barang langka. Bayi yang terbangun setiap dua jam, tangisan yang harus ditenangkan, menyusui yang mungkin belum lancar—semua menuntut energi yang nyaris tak bersisa.
Tak hanya fisik, kelelahan emosional pun tak bisa diabaikan. Perubahan hormon yang drastis pasca melahirkan bisa memicu perasaan tidak stabil. Ditambah dengan tekanan untuk menjadi “ibu sempurna”, ekspektasi yang tinggi, dan rasa takut melakukan kesalahan, ibu bisa merasa kewalahan. Saat kelelahan ini tidak mendapatkan ruang untuk beristirahat atau dukungan emosional dari orang-orang terdekat, maka baby blues sangat mungkin terjadi.
Kurangnya Dukungan: Sunyi di Tengah Keramaian
Banyak ibu baru merasa sendirian meski berada di rumah yang ramai. Ini bukan soal jumlah orang, tapi tentang kualitas dukungan. Ketika suami kurang terlibat, keluarga sibuk dengan urusannya sendiri, atau tidak ada teman yang bisa diajak berbagi cerita, ibu bisa merasa seperti memikul semuanya sendiri.
Padahal, dukungan emosional sangat penting dalam masa-masa awal menjadi ibu. Sebuah pelukan, kalimat “kamu sudah hebat,” atau sekadar ditemani saat malam bisa membuat perbedaan besar. Tidak adanya ruang untuk berbagi, didengarkan, atau merasa dimengerti bisa membuat ibu merasa gagal, padahal sebenarnya ia hanya butuh rehat dan ditemani.
Apa yang Bisa Dilakukan?
- Berbagi cerita tanpa takut dihakimi. Jangan takut untuk mengatakan bahwa kamu lelah, bingung, atau sedih. Emosi itu valid.
- Libatkan pasangan dan keluarga. Komunikasikan kebutuhan dengan jujur, termasuk permintaan bantuan sekecil apa pun.
- Cari komunitas ibu baru. Banyak ibu mengalami hal yang sama. Bergabung di komunitas bisa memberikan dukungan yang menenangkan.
- Istirahat kapan pun bisa. Tidur saat bayi tidur mungkin klise, tapi tetap penting.
- Pertimbangkan bantuan profesional. Jika rasa sedih berkepanjangan, berkonsultasilah dengan psikolog atau konselor.
Penutup
Baby blues bukan tanda bahwa seorang ibu tidak bahagia memiliki bayinya. Ini adalah bentuk reaksi tubuh dan jiwa terhadap perubahan besar yang sedang terjadi. Kelelahan dan kurangnya dukungan bukan sesuatu yang sepele—justru bisa menjadi pemicu utama goyahnya kondisi mental ibu. Mari, sebagai pasangan, keluarga, dan masyarakat, kita hadir sebagai dukungan nyata. Karena ibu bahagia adalah fondasi keluarga yang kuat.
Mau versi cetak, infografik, atau postingan media sosial dari artikel ini juga?
Comment