bontangpost.co.id – Google tengah mengarahkan pengembangan AI Gemini agar lebih “membumi” dan relevan dengan kebutuhan pengguna sehari-hari. Langkah ini diambil setelah munculnya berbagai kritik terkait bias, kurangnya konteks budaya, dan kesan bahwa kecerdasan buatan terasa terlalu “jauh” dari realitas manusia.
Dalam strategi barunya, Google fokus pada tiga pendekatan utama. Pertama, mereka meningkatkan pelatihan model dengan data yang lebih beragam secara budaya dan geografis. Tujuannya agar Gemini bisa memberikan jawaban yang tidak hanya akurat secara teknis, tapi juga relevan secara sosial dan lokal.
Kedua, Google memperkuat kemampuan Gemini untuk memahami konteks percakapan yang lebih kompleks. Ini termasuk memahami nuansa bahasa, gaya bicara, dan ekspresi yang umum digunakan di berbagai komunitas. Dengan begitu, AI tidak hanya pintar secara logika, tapi juga mampu berinteraksi secara alami dan empatik.
Ketiga, perusahaan ini berinvestasi besar dalam uji kelayakan etis dan pengawasan manusia. Setiap pengembangan dan pembaruan Gemini melewati tinjauan pakar etika, linguistik, dan budaya agar hasilnya tetap bertanggung jawab.
Upaya ini mencerminkan keseriusan Google dalam menjadikan AI sebagai alat yang inklusif, dapat dipercaya, dan benar-benar membantu manusia. Dengan strategi yang lebih membumi ini, Google berharap Gemini bisa menjadi mitra digital yang memahami manusia secara lebih utuh—bukan sekadar mesin pintar tanpa empati.
Dengan pendekatan tersebut, masa depan AI bukan hanya soal kecanggihan, tetapi juga soal kedekatan dan kebermanfaatan nyata bagi masyarakat global.
Comment