bontangpost.co.id – Obesitas menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang meningkat di kawasan Asia Tenggara. Meskipun wilayah ini dikenal dengan pola makan tradisional yang relatif sehat, perubahan gaya hidup dan pola konsumsi telah menyebabkan lonjakan angka obesitas di sejumlah negara ASEAN.
Indonesia, Malaysia, dan Thailand termasuk negara dengan jumlah penduduk obesitas tertinggi di kawasan ini. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), Malaysia mencatat prevalensi obesitas tertinggi di ASEAN. Gaya hidup urban, konsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor utama penyebabnya. Di Malaysia, lebih dari 15% populasi orang dewasa dikategorikan obesitas, dengan tren yang terus meningkat setiap tahunnya.
Sementara itu, Indonesia yang memiliki populasi terbesar di kawasan juga menghadapi masalah serupa. Meski persentase obesitas masih di bawah Malaysia, jumlah absolutnya sangat besar. Hal ini disebabkan oleh urbanisasi cepat dan meningkatnya konsumsi makanan tinggi lemak serta gula.
Thailand juga menunjukkan tren peningkatan obesitas, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas kini tidak hanya menjadi masalah individu, tetapi juga persoalan sosial dan ekonomi yang lebih luas.
Transisi ke masalah yang lebih luas, meningkatnya prevalensi obesitas berdampak langsung pada sistem kesehatan negara-negara ASEAN. Penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung menjadi lebih umum. Pemerintah di kawasan ini mulai mengadopsi kebijakan kesehatan publik untuk mempromosikan pola makan sehat dan gaya hidup aktif.
Untuk mengatasi tantangan ini, kolaborasi regional serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menjadi kunci utama dalam menurunkan angka obesitas di Asia Tenggara.
Comment