bontangpost.co.id – Parkinson, yang selama ini dikenal sebagai penyakit degeneratif yang menyerang lansia, kini menunjukkan tren mengkhawatirkan. Semakin banyak anak muda yang terdiagnosis Parkinson atau menunjukkan gejala awal penyakit ini. Para ahli medis pun menyuarakan kekhawatiran, dengan menyebut bahwa gaya hidup buruk menjadi salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan kasus di usia produktif.
Parkinson Tak Lagi Identik dengan Lansia
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang memengaruhi kemampuan otak dalam mengontrol gerakan tubuh. Gejala umum mencakup tremor, kekakuan otot, dan kesulitan dalam koordinasi serta keseimbangan.
Tradisionalnya, Parkinson lebih sering ditemukan pada individu berusia 60 tahun ke atas. Namun, data terbaru dari sejumlah rumah sakit dan penelitian medis menunjukkan adanya peningkatan jumlah pasien Parkinson yang berusia di bawah 50 tahun, bahkan beberapa kasus ditemukan pada individu berusia 30-an.
Menurut dr. Andika Wicaksono, seorang spesialis neurologi, lonjakan kasus Parkinson pada usia muda tidak bisa dilepaskan dari pola hidup masyarakat modern yang kurang sehat. “Kita melihat banyak pasien muda datang dengan gejala mirip Parkinson, dan sebagian besar memiliki riwayat gaya hidup yang sangat buruk,” ujarnya.
Gaya Hidup Buruk Jadi Pemicu Utama
Dokter menyebut sejumlah kebiasaan buruk yang dapat memicu kerusakan saraf otak dan mempercepat timbulnya gejala Parkinson. Di antaranya:
- Kurang tidur berkualitas
- Stres kronis tanpa manajemen yang baik
- Paparan polusi dan bahan kimia secara terus-menerus
- Konsumsi makanan ultra-proses dan tinggi gula
- Kurang aktivitas fisik
- Penggunaan gadget berlebihan tanpa istirahat
Faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas dan inflamasi dalam tubuh, yang berujung pada kerusakan sel-sel otak, khususnya di area substantia nigra, bagian otak yang memproduksi dopamin—zat penting dalam pengendalian motorik.
Gejala Awal Sering Diabaikan
Salah satu alasan mengapa Parkinson di usia muda sulit terdeteksi adalah karena gejala awalnya sering dianggap sepele. Gejala seperti tangan gemetar halus saat istirahat, perubahan tulisan tangan, lemas tanpa sebab, atau perubahan ekspresi wajah bisa terjadi bertahap dan tak disadari.
“Banyak yang mengira itu hanya kelelahan biasa atau efek stres kerja,” kata dr. Andika. Ia menambahkan bahwa deteksi dini sangat krusial dalam memperlambat progresi penyakit dan menjaga kualitas hidup pasien.
Pentingnya Edukasi dan Deteksi Dini
Meningkatnya kasus Parkinson usia muda menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya gaya hidup sehat. Deteksi dini dapat dilakukan dengan berkonsultasi ke dokter saraf jika muncul gejala mencurigakan, terutama bila ada riwayat keluarga dengan penyakit serupa.
Selain itu, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat juga berperan penting dalam pencegahan dan perlambatan gejala. Olahraga teratur, konsumsi makanan bergizi, manajemen stres, dan tidur yang cukup adalah langkah sederhana tapi berdampak besar.
Kesimpulan
Kasus Parkinson usia muda meningkat, dan dokter menyoroti gaya hidup buruk sebagai salah satu pemicu utamanya. Kebiasaan sehari-hari yang tampaknya sepele bisa berdampak besar pada kesehatan otak dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk mulai peduli terhadap kesehatan saraf mereka sejak dini.
Meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat mengenai Parkinson serta pentingnya pola hidup sehat menjadi langkah utama dalam menekan angka kejadian penyakit ini di usia produktif.
Comment