bontangpost.co.id – Di tengah kondisi ekonomi yang semakin menantang, banyak pelaku usaha jasa seperti salon dan tempat pijat mulai merasakan dampaknya. Penurunan daya beli masyarakat membuat pelanggan enggan mengeluarkan uang untuk kebutuhan sekunder, seperti perawatan tubuh atau relaksasi. Akibatnya, banyak bisnis di sektor ini mengalami penurunan omzet yang signifikan.
Beberapa pemilik salon di kota-kota besar melaporkan bahwa jumlah pelanggan turun hingga 50% dibandingkan tahun sebelumnya. “Biasanya akhir pekan penuh, sekarang sehari paling dua sampai tiga orang,” ujar Rina, pemilik salon di Jakarta Selatan. Hal serupa juga terjadi di tempat pijat dan spa, yang dulunya ramai pengunjung terutama di akhir pekan, kini harus beroperasi di bawah kapasitas.
Transisi menuju gaya hidup hemat menjadi penyebab utama. Banyak masyarakat lebih fokus mengalokasikan dana untuk kebutuhan pokok seperti makanan, transportasi, dan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa non-prioritas harus beradaptasi dengan cepat agar tetap bertahan.
Selain itu, meningkatnya layanan perawatan mandiri di rumah—berkat tutorial online dan produk DIY (Do It Yourself)—turut mempersempit ruang gerak usaha jasa konvensional. Persaingan pun makin ketat, terlebih dengan maraknya diskon besar dari platform digital yang menjangkau konsumen lebih luas.
Dalam menghadapi kondisi ini, para pelaku usaha diimbau untuk berinovasi. Strategi seperti layanan panggilan ke rumah, paket hemat, hingga kolaborasi dengan platform digital bisa menjadi solusi agar tetap relevan.
Comment