bontangpost.co.id – Keterbatasan ruang kelas membuat sejumlah siswa di sebuah sekolah dasar di pelosok Indonesia terpaksa belajar di teras. Fenomena ini mencerminkan masih lebarnya kesenjangan fasilitas pendidikan di berbagai daerah, khususnya di wilayah terpencil dan kurang terjangkau pembangunan.
Di tengah semangat belajar yang tinggi, puluhan siswa harus menerima kenyataan bahwa tidak semua bisa duduk di ruang kelas. Sebagian dari mereka membawa meja lipat atau tikar dari rumah, lalu belajar di teras sekolah sambil menahan panas dan gangguan dari luar. Guru pun harus membagi perhatian dan suara agar bisa menjangkau siswa di dalam dan luar ruangan sekaligus.
Kondisi ini bukan hanya mengganggu kenyamanan belajar, tapi juga dapat berdampak pada konsentrasi, kesehatan, dan semangat siswa. Meski begitu, para siswa tetap antusias mengikuti pelajaran, menunjukkan semangat belajar yang luar biasa di tengah keterbatasan.
Pihak sekolah menyatakan telah berulang kali mengajukan permintaan penambahan ruang kelas kepada pemerintah daerah, namun hingga kini belum mendapat tanggapan konkret. Padahal, jumlah siswa terus meningkat setiap tahun.
Kisah siswa yang belajar di teras ini menjadi potret nyata tantangan dunia pendidikan yang masih harus dihadapi. Ini bukan sekadar soal ruang fisik, tapi juga soal keadilan dalam akses pendidikan yang layak bagi semua anak bangsa.
Transisi:
Dari sekadar bangku dan papan tulis, pendidikan sejatinya membutuhkan lingkungan yang mendukung. Namun saat ruang belajar menjadi langka, teras pun berubah fungsi menjadi kelas darurat—menjadi simbol keteguhan semangat belajar di tengah keterbatasan.
Comment